Selasa, 19 Maret 2013

Belajar Usia Dini

Belajar membaca dan kecerdasan anak pada usia dini

Pada masa awal si kecil mulai menagih minta sekolah, ada wacana apakah harus anak bisa baca sebelum masuk SD?. Apakah mengajari membaca tugas guru kelas 1 SD? . Lalu mengapa di TK sekarang sudah mulai banyak anak yang bisa membaca?. Apakah tidak mubazir.
Sekarang ini semakin marak saja berbagai cara membuat anak genius. Metode-metode membuat anak bisa ini dan itu di usia dini juga terus dipasarkan. Dari metode Glenn Doman untuk anak belajar membaca, sampai Shichida Method yang katanya bisa bikin anak punya fotografis memori. Jangan salah, anak-anaknya disuruh belajar dari bayi lho! bahkan iklan di Shichida aja bilang bisa mulai dari umur 2 bulan!
Anak-anak mulai umur 2 tahun bersekolah di preschool plus yang belajarnya juga serius. Duduk di kursi dari dan dengan bahasa pengantar yang bilingual mulai dari latin sampai Mandarin. Di Kuala Lumpur  bahkan anak yang mau masuk SD harus udah bisa baca tulis. Lah..lalu apa fungsinya Sekolah Dasar ?
Bukankah TK itu taman kanak-kanak ?  Taman Bermain ? Tempat anak bermain. Fungsinya lebih ke arah perkembangan sosial dan emosional. Kalaupun ada sisi intelegensianya, bukankah lebih baik dilakukan tanpa paksaan?
Tapi karena diharuskan, mau nggak mau, orangtua nggak punya pilihan lagi. Anak tetap mesti diajarkan baca sebelum usia Sekolah Dasar. Di beberapa  preschool  Montessori pun akhirnya banyak yang terpaksa mengajarkan baca-tulis serius karena tuntutan itu, walaupun sistemnya lebih longgar, biasanya hanya ketika usianya 5 tahun keatas, atau murid masih diberi kebebasan untuk beristirahat ketika bosan.
Apakah anak perlu belajar membaca di usia dini ?



Ternyata dari banyak literatur justru sebaliknya. Tidak ada jaminan seseorang yang lebih dahulu bisa membaca akan lebih sukses di masa depan daripada mereka yang terlambat. Banyak tokoh sukses yang justru terlambat membaca. Di buku Right Brained Children in a Left Brained World disebutkan tokoh-tokoh seperti  Albert Einstein, George S. Patton, William Butler Yeats adalah mereka yang terlambat membaca. Anak2 di Rusia baru membaca di usia 7 tahun, tapi mereka sangat cerdas.
Dari beberapa informasi disebutkan bahwa syaraf mata anak balita belum siap untuk membaca, masih bersifat kontralateral (masih terbalik-balik), seperti antara b dan d. Karena itu resiko balita yang diajarkan  membaca untuk terkena kesulitan belajar (baca-tulis) nantinya lebih besar.
Informasi yang sama ada pada  buku Dr. Jalaludin Rahmat ‘ Cara otak belajar’. dikatakan bahwa waktu terbaik untuk belajar membaca sesuai dengan perkembangan otak justru pada usia sekolah dasar.
Tipe anak dalam belajar membaca
Mengajarkan membaca juga tentu ada tekniknya. Sebelum mulai mengajari membaca, lebih baik jika kita mengenali dulu bagaimana sebenarnya tipe berpikir anak kita. Banyak anak yang mengalami kesulitan membaca, padahal masalah sebenarnya ada di teknik mengajar.
a. Visual learner
Anak lebih cepat dan kuat hafalannya bila diajarkan dengan simbol yang menarik dan tegas.
Kemungkinan besar anak akan kesulitan belajar membaca di sekolah umum yang kebanyakan sistem KBM-nya (Kegiatan Belajar Mengajar)  tidak bersahabat dengan anak-anak visual learner. Padahal anak-anak visual learner adalah pembelajar cepat dan rata-rata memiliki ingatan yang kuat. Untuk mengajarinya membaca, justru kita harus memanfaatkan kekuatan visualnya. Pergunakan gambar-gambar dan logo. Ajak mereka untuk memvisualisasikan apa yang dibaca. Rata-rata anak visual learner dapat membaca sendiri tanpa diajari hanya dengan melihat. Secara otomatis mereka menghafal dan mempelajari pola.
b. Auditory-learner
Anak lebih cepat dan tertarik bila disampaikan dengan penyampaian kalimat  yang jelas keras dan berulang. Dan hal ini kini adalah mayoritas di dunia,yaitu  sistem fonetik
Sistem ini mengajarkan mengenal huruf lewat cara mengucapkannya, a=eh, b=beh, dsb.
Teorinya memang untuk cara pikir otak yang berbeda seharusnya digunakan teknik belajar yang berbeda pula, tetapi di dunia nyata hampir semua sekolah sekarang mengajarkan baca dengan sistem fonetik.
Tanamkan Budaya membaca
Yang penting untuk anak usia dini bukanlah mengajar membacanya, tetapi mengajarkan budaya membaca. Belum tentu anak yang bisa membaca lebih dahulu akan suka membaca.
penulis sendiri adalah early reader. Penulis  bisa membaca sebelum masuk TK, di usia 4 tahun bacaan  saya  sudah surat kabar. Anak sekarang lebih hebat lagi bisa hafal alfabet umur 1 tahun dan sekarang sudah baca kata-kata yang sering dia lihat lewat media visual seperti TV dan buku cerita.
Yang terjadi adalah, sebagai seorang visual learner, dia belajar sendiri. mulailah dari alfabet, dan membaca cerita bergambar,  karena sering diliatin gambar lengkap sama tulisannya di bawah. Jadinya dia tahu kata apple itu dibaca apple. tetapi jangan pernah memaksa anak, dibuat fun saja. karena bisa
Jadi sebenarnya dia belum bisa baca, cuma sekadar hafal.
Kenapa nggak sekalian aja terus diajarin? Stimulasi sih terus diberikan, karena kebanyakan anak adalah  late talker. Sekali lagi untuk tidak memaksa. Kalau anak  yang mulai, dia yang suka.ya dibiarkan saja , karena itu kan perkembangan .
Buat para ibu  yang harus mengajarkan anak belajar baca karena tuntutan sekolah.Selamat berjuang, tapi jangan lupa untuk Respect your child dan tidak memaksakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar